Harga sewa sepeda Bersepeda di Kota Copenhagen, Denmark, Selasa (16/10/2018) . (KOMPAS. COM/ANA SHOFIANA SYATIRI) Kami lantas menyewa sepeda punya hotel. Buat sewa satu sepeda sepanjang hari, kita mesti keluarkan kocek 125 krone, atau bila dirupiahkan kurang lebih Rp 312. 500 (1 Krone = Rp 2. 500) . Kala searching berkaitan sewa sepeda di Copenhagen, juga ada sewa sepeda Donkey Republic. Nikmatnya, sepeda ini diperlengkapi dengan monitor GPS. Sampai, ditanggung tidak nyasar.
Proses persewaan ini mensyaratkan buat mengambil aplikasi di mobile phone. Semua proses dijalankan dengan cara online. Sepeda lantas dapat di-unlock lewat aplikasi itu. Serta nikmatnya, penyewa dapat akhiri persewaan di tempat drop off yang ada di banyak titik. Sewanya 100 krone /hari. Bersepeda di Kota Copenhagen, Denmark, Selasa (16/10/2018) . Oleh lantaran beda tipis, 25 krone, dengan sewa di hotel, kami menentukan sewa sepeda hotel. Dalam hati saya langsung terkenang menyewa sepeda sepanjang hari di Gili Trawangan yang hanya Rp 50. 000 sepanjang hari, atau sewa motor di Bali yang cuma Rp 50. 000 sepanjang hari, he-he-he…. Tetapi mesti dimaklumi, Denmark satu diantara negara dengan cost hidup tinggi di dunia. Ya, menganggapnya saja pengalaman. Kan ujarnya, pengalaman lebih bernilai dibanding uang. Ujarnya loh yaaa…
Keadaan sepeda ukuran orang Eropa Bersepeda di Kota Copenhagen, Denmark, Selasa (16/10/2018) . Sesudah masalah bayar sewa sepeda tuntas, kami dikasih kunci yang sesuai nomer sepeda. Beberapa puluh sepeda terparkir di muka hotel serta dalam situasi terkunci. Oh ya, lantaran ukuran badan kami tidak setinggi beberapa orang Eropa, kami mesti mengatur tinggi jok sepeda. Sumpah, sepeda mereka tinggi-tinggi melewati sepeda jengki di Kota Tua. Udah urutan jok terendah lantas, kaki saya masihlah jinjit buat menyentuh tanah. Nasib tubuh setinggi 160 cm.
Kring… kring… bila pergerakan lambat, jangan sampai gowes di kiri Bersepeda di Kota Copenhagen, Denmark, Selasa (16/10/2018) . Dalam keadaan cuaca yang masih temaram serta dinginnya hawa, kami berdua mulai mengayuh sepeda. Maksudnya, ingin ke Tivoli Gardens yang terdapat di lokasi Vesterbrogade. Tivoli Gardens adalah taman hiburan di pusat Copenhagen yang menyiapkan wahana permainan, musikal, balet, serta konser musik. Bila menyaksikan di Google Maps, jarak dari hotel kesana cuma 3, 5 Km serta dapat ditempuh dalam kurun waktu 13 menit. Keluar dari lokasi hotel, kami melewati Jalan Raya Kalkbrænderihavnsgade/O2. Kendaraan roda empat masih sepi, tapi banyak pesepeda telah banyak yang berseliweran. Kayuhan mereka kencang-kencang. Sesaat saya, duh… lambat benar. Saya baru sekali kayuh, mereka udah dua atau 3x kayuh. Walhasil, saya dilalui senantiasa oleh mereka.
Baca Artikel Lainnya : sepeda pacific invert
Belumlah lagi rasa nyut… nyut… yang merasa di kaki saya yang mengayuh sepeda. Tambah lambat saja pergerakan sepeda saya lantaran kaki terkadang menentukan diam, gak bergerak lantaran pegal. Ingin maklum, saya jarang-jarang berolahraga. Oh ya, sekadar memperingatkan, tidak sama dengan Indonesia yang memanfaatkan jalan kiri, di Denmark semua pengendara mesti di jalan kanan. Demikian dengan juga jalan sepeda. Jalan sepeda berada pada urutan paling kanan. Nampak jelas tanda-tandanya, bahkan juga ada lampu jalan raya teristimewa sepeda di tiap-tiap persimpangan. Nah, kalau kayuhan kita lambat, semestinya melajulah di samping paling kanan. Bila kecepatan lambat urutan sepeda di samping kiri, ditanggung dapat terdengar bunyi kring… kring… kring… jadi kode disuruh minggir ke kanan. Ini pengalaman pribadi saya gowes di Copenhagen yang miliki trek sepeda selama 375 km..
Perlu diingat saran peta Sinyal jalan sepeda serta orang di Kota Copenhagen, Denmark, Selasa (16/10/2018) . Selama jalan ketujuan Tivoli Gardens, kami dipandu oleh Google Maps. Itu lantas masih senang nyasar. Tidak tahu kenapa, Google maps senang mengedit rute yang membuat kami jadi bingung. Selama jalan, berulang-kali kami melihat Google Maps di mobile phone. Sudah pasti sekalian berhenti serta turun dari sepeda. Cukup memusingkan saat ada di persimpangan jalan atau perempatan, sesaat kita mesti belok ke kiri atau ke kanan. Syukurnya, banyak yang bersepeda sampai juga bisa membuat mereka jadi pemandu belok.
Berdasar pada pelacakan di google, sekarang ini, ada lebih dari 1. 800 sepeda yang “berkeliaran” di berjalan-jalan Ibu Kota Denmark ini. Gak cuma sepeda yang dikayuh, sepeda listrik yang membikin kaki tidaklah terlalu pegal. Jadi, jangan sampai cemas salah jalan. Tidak hanya itu, yang meringankan, jalan teristimewa sepeda sangatlah jelas. Berada pada samping paling kanan jalan, serta ada gambar sepeda di jalannya. Kala di persimpangan, jalan sepeda dapat dikasih warna biru, kadang-kadang ada juga lampu jalan raya teristimewa pengendara sepeda. Nah, untungnya bersepeda, masih dapat memanfaatkan trotoar buat lewat. Ketika bingung mencari jalan, saya serta Dilo lebih menentukan turun dari sepeda serta menuntunnya. Dengan demikian, kami dapat memotong jarak dibanding mesti berputar-putar di persimpangan depan, yang jaraknya lebih jauh dibanding kalau kami membimbing sepeda ke persimpangan yang awalnya.
Tidak hanya itu, ada kami menyaksikan taman-taman yang luas dengan daun-daun kuning yang berguguran di tepi jalan raya. Kebetulan, Oktober ini masih musim gugur sebelum masuk dingin. Walaupun nampak gak bersih, tapi daun-daun yang berguguran itu jadi keindahan spesifik di mata saya. Tapi, kami cuma melalui saja lantaran jalan masuk ke taman itu mesti dicari. Taman dikelilingi oleh pagar sampai orang tidak dapat masuk dengan ringan. Sejumlah perbaikan jalan atau pelaksanaan project kami lintasi. Syukurnya, hal demikian tidak mengganggu jalan raya, biarpun proyeknya ada di jalan raya. Tempat parkir sepeda yang ada di tiap-tiap pojok Kota Copenhagen, Denmark.
Tidak hanya itu, di tiap-tiap gedung yang kami lintasi, tentunya ada tempat parkir sepeda. Sepeda yang parkir bukan cuma belasan, tapi beberapa puluh. Kalau ada pengendara sepeda ingin berbelok parkir, mereka dapat memberikan kode dengan lambaian tangan, supaya pengendara sepeda di belakangnya tidak menyalip. Kian siang, kendaraan roda empat seperti bus serta mobil pribadi semakin banyak waktu lalu lalang. Tapi kehadiran mereka ditanggung tidak menganggu pengendara sepeda di jalan sepeda. Bahkan juga saat ingin belok di persimpangan, pengendara mobil lebih memprioritaskan pemakai sepeda. Jadi merasa lebih aman. Sesudah mengayuh sepeda yang menurut Google Maps ialah sejauh 3, 7 Km, pada akhirnya kami datang di Rivoli Gardens. Jam di tangan perlihatkan kurang lebih jam 08. 00. Bacalah juga : Belanda Lekas Berlakukan Larangan Gunakan Mobile phone kala Bersepeda Nyata-nyatanya, kami meniti jarak itu memakan banyak waktu 45 menit, meleset 3x lipat dari prediksi Google Maps. Tambah susah, nyata-nyatanya Rivoli Gardens masih dikunci pintu besinya, alias masih tutup. Rasa nyut-nyut di paha serta kaki yang mengayuh sepeda lantas semakin dirasakan Terlintas 3, 7 Km mesti saya menempuh buat ketujuan tempat saya bermalam. Nasib…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar